Rabu, 24 September 2008

Pengarang yang baik

Punya pekerjaan jadi sekretaris di perusahaan penerbitan membuat gue menemui manusia dalam berbagai edisi. Kebanyakan pengarang, yang mau menerbitkan karyanya di tempat gue bekerja.

Sejarah membuktikan bahwa pada saat mereka menyerahkan naskah, mereka datang dengan cukup sopan, baik, rendah hati. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Tapi dengan berjalannya waktu dan lamanya naskahnya belum selesai dibaca editor, keluar deh sifat-sifat aslinya. Mulai jutek, ga sabaran. Bahkan ada yang pernah ngasih nasehat, "Mbak, coba deh tim editornya ditambah, biar kita-kita yang pengarang ini ga terlalu lama digantungin."

Tapi, ada beberapa juga makhluk langka yang dinamakan pengarang yang baik. Biasanya mereka mengerti kalo naskahnya musti ngantri dulu, jadi butuh waktu minimal 3 bulan buat dinilai. Mereka ngerti juga kalo sampai 6 bulan masih juga belum selesai dibaca editor, karena sesungguhnya kerjaan editor bukan cuma baca naskah masuk. Kalo nelpon gue untuk konfirmasi naskahnya, tidak pernah mereka bicara dengan nada yang tinggi, selalu sopan dan tahu aturan, seperti layaknya menelepon ke sebuah instansi --- yang tentu aja beda dengan nelpon ke rumah sendiri! Sayangnya di dalam rimba kepenulisan, mereka termasuk edisi langka. Kaum minoritas. Hampir punah. Jadi, kalo diantara 200 pengarang gue nemuin satu yang seperti itu, langsung pengen dikasih air keras, biar tetap awet.

0 komentar: